Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Barat melakukan pertemuan secara virtual dengan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. Secara khusus, Ridwan Kamil meminta media menjadi “pemadam” dengan membangun ruang dialog untuk mereduksi “pertengkaran” masyarakat.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menjabarkan, jika “pertengkaran” masyarakat pasca Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih sering terlihat hingga kini di media sosial. Hal itu berdasarkan hasil studi yang menobatkan pengguna media sosial Indonesia sebagai pengguna dengan kalimat-kalimat terkasar Se-ASEAN.
Bagi Ridwan Kamil, itu terjadi karena ada sebuah ketimpangan di era informasi ini. Ketimpangan itu ada pada pengguna ponsel pintar (smart phone) yang kebanyaan mentalnya belum siap.
“Kita bangsa paling julid Se-Asean. Kegelisahan saya setelah Pilpres, bangsa ini mudah bertengkar. Saya berharap AMSI bisa mereduksi dosis bertengkar dan memperbanyak diskusi,” katanya dalam pertemuan dengan para pimpinan media yang tergabung dalam organisasi AMSI, Kamis (29/7/2021).
Ridwan Kamil melanjutkan, saat ini setiap orang bisa memproduksi berita, namun berita-berita tersebut berbeda dengan berita yang diproduksi oleh media arus utama. Kemudian yang terjadi, banyak masyarakat yang bingung dalam membedakan berita yang benar dengan berita hoaks, karena ada begitu banyak informasi.
“Dulu mau nonton ada jadwalnya. Problem sekarang adalah memilah media karena semua orang bisa memproduksi berita,” ujarnya.
Dia menyarankan agar media-media online arus utama, melengkapi media sosialnya dengan centang biru. Sebab, centang bisa menjadi standar media tersebut memproduksi berita-berita yang benar atau sehat.
Ketua Umum AMSI pusat Wenseslaus Manggut mengatakan, tugas AMSI di antaranya untuk membangun medis online yang sehat, tidak hanya perusahaannya, tetapi juga kontennya.
“Media online begitu banyak. AMSI berdiri agar perusahaan sehat, kontennya juga sehat,” jelas Wen, yang mengaku sangat mengapresiasi pertemuan dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan menyambut baik ajakan untuk membangun ruang dialog agar para pembaca mendapatkan perspektif yang utuh.**