Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di era modern sangat penting, khususnya di kalangan media masa.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Mustakim, saat membuka Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Pelaku Media Massa di Kalikali Hall, Kaliwatu Rafting, Kota Batu, Selasa (22/10/2019). Kegiatan itu dilakukan selama dua hari.
Kata Mustakim, media memiliki andil untuk menyebarkan ejaan serta istilah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tulisan-tulisan yang ditampilan oleh media masa banyak dipercayai oleh masyarakat. Mustakim juga tidak menampik, masih ada media yang ejaan bahasanya belum baik dan benar.
“Media massa bisa menghasilkan bahasa dan tulisan yang bermutu sehingga benar-benar layak untuk menjadi rujukan masyarakat. Kami ingin kualitas ejaan di media meningkat,” ujarnya.
Mustakim menjelaskan, ada sejumlah judul berita yang ejaannya kurang layak. Padahal, judul berita itu menjadi hal penting karena dibaca lebih dahulu oleh pembaca.
“Pertama pasti akan membaca judul. Kesalahan bahasa sering terjadi di situ,” ungkapnya.
Apalagi di media online, Mustakim mengaku banyak menemukan ejaan yang tidak tepat. Ia menilai penggunaan bahasa yang belum sempurna banyak terdapat pada media online.
Profesor Bambang Yulianto, salah satu pembicara yang mengisi materi ejaan, memulai dengan memberikan tugas ejaan kepada para peserta. Para peserta menulis instruksi yang diucapkan Bambang.
Saat dicek, semua tulisan peserta yang berjumlah 50 orang, salah samua. Bambang menilai, ejaan yang digunakan tidak tepat. Salah satunya adalah penggunaan huruf kapital setelah titik dua.
Bambang juga mengenalkan penulisan angka. Katanya, jika angka itu lebih dari dua suku kata, maka ditulis angka. Jika memiliki satu atau dua suku kata, dapat ditulis dengan kata. Misal angka 2 ditulis dua.
Alfi Syahri, seorang jurnalis profesional, mengaku banyak mengetahui hal baru dalam kaidah penulisan ejaan. Menurutnya, pelatihan itu sangat penting karena jurnalis setiap harinya menyusun ejaan untuk mengemas berita.
“Saya senang diberitahu Profesor Bambang. Banyak hal baru yang saya ketahui. Ternyata kalau menulis angka atau huruf itu ada kaidahnya,” ujar Alfi.
Selama ini, dia mengaku, berita yang ia tulis menggunakan ejaan yang ia pahami. Pemilihan diksi juga sering muncul dari kebiasaan, bukan karena pengetahuan terkait kaidah-kaidahnya.
“Penyuluhan seperti ini sangat penting. Kita sebagai orang Indonesia harus tahu kaidah-kaidah bahasa kita sendiri,” paparnya.
sumber : tribunnews.com