Media mainstream dinilai mengedepankan verifikasi di tengah persaingan kecepatan informasi. Langkah ini sebagai bentuk menjalankan proses tabayun atau memberikan pemahaman.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Pemberitaan dan Penanggungjawab Medcom.id, Abdul Kohar, dalam diskusi bertajuk ‘Peran Media Massa Merespons Isu Sara di Indonesia’ di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Tabayun itu artinya sebagai bersungguh-sungguh untuk mencari tahu, artinya verifikasi atau berhati-hati. Konteks itu apa yang dilakukan dengan media mainstream mudah-mudahan adalah merupakan bagian dari tabayun itu,” ujar Kohar dalam pemaparannya, Rabu, 28 Agustus 2019.
Kohar mengatakan tantangan media mainstream ialah membendung informasi bohong atau hoaks. Kolaborasi antar media pun perlu digiatkan untuk menyampaikan fakta.
“Sesekali berkolaborasi atau banyak kali berkolaborasi dengan membentuk apa yang dinamakan sebagai kolaborasi fact checking. Jadi mengecek fakta dari mulai informasi yang bersifat umum sampai informasi-informasi politik,” ujar Kohar.
Kohar mengatakan media melayani semua dimensi masyarakat. Artinya perlu perlakuan khusus agar informasi diterima secara utuh dan menyeluruh.
Anggota Dewan Redaksi Media Group ini mencontohkan sebuah produk kosmetik yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya bagi tubuh. Kemudian, penyebar hoaks beraksi dengan mencatut media tertentu seolah memuat pemberitaan terkait kosmetik itu dengan proses digitalisasi.
“Contoh itu bisa langsung diambil atau bisa dicek kebenarannya di dalam kolaborasi media ini untuk bagaimana agar masyarakat kita juga bisa lebih paham,” ujar Kohar.
sumber : medcom.id