Sebagai wartawan generasi cetak, Peter Apollonius Rohi bukannya anti teknologi. Ia pernah berkolaborasi dalam project video dokumenter tentang Bung Karno, lalu video ini disebar lewat kanal Youtube dan website.
Jauh sebelumnya, tahun 1990-an, dalam sebuah diskusi di Harian Surabaya Post, ia pernah mengingatkan. “Sebentar lagi kita akan berkenalan dengan teknologi yang memungkinkan pemberitaan bisa terdistribusi cepat bahkan seketika. Jika tidak ada antisipasi, media cetak akan tergulung habis,” kata Peter di sebuah forum diskusi.
Benar saja, gelombang digitalisasi media kemudian datang tak terbendung. Fenomena ini disusul runtuhnya sejumlah media cetak, diantaranya Harian Bola, Jakarta Globe, Koran Tempo Minggu, hingga Sinar Harapan.
Teknologi, kata Peter, adalah keniscayaan. Tak ada yang bisa melawan. Yang bisa dilakukan adalah mengakrabi, menjadikannya sebagai booster agar suara kebenaran lebih terdengar.
Jika media cetak ingin bertahan, lanjut Peter, mesti bekerja ekstra keras. Jika yang disajikan peristiwa di atas permukaan, sekejap akan ludes dipublikasikan media online. Media cetak, katanya, harus menyodorkan data lebih baik. Lebih lengkap, menyodorkan angle alternatif, dan tentu saja, berbeda dengan media online.
“Tanpa itu ya akan berakhir,” tegasnya. Itu sebabnya, Peter kemudian mencoba berkolaborasi dengan jurnalis-jurnalis muda untuk berkiprah di jalur digital.
Satu di antaranya, Peter berkolaborasi dengan Videonesia.net yang digawangi Hari Nugroho. “Kami bahkan sempat berencana membuat film. Ada produser yang tertarik ngasih modal. Saat mulai cari sponsor, dan ada vakum, Pak Peter keburu sakit,” kenang Hari.
Dalam proses kolaborasi itu, Hari melihat sosok Peter sebagai wartawan yang super tangguh. Di lapangan, saat jalan membuat film, Hari ikut merasakan energi Peter yang selalu menyala.
“Energi yang dimiliki sungguh melebihi usianya. Saya yakin energi itu timbul dari semangat, kecintaan, rasa hormat, dan kekagumannya terhadap Bung Karno,” kata Hari.
Peter adalah orang yang sangat menikmati pekerjaan jurnalistik. Di lapangan, matanya selalu berbinar-binar. Bicaranya selalu bersemangat.
“Karena ia sangat memahami bahwa pekerjaan jurnalistik adalah pekerjaan kemanusiaan,” pungkas Hari.
Peter Apollonius Rohi meninggal dunia di RS Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ), Surabaya, Rabu (10/6/2020), pagi. Karena situasi dan kondisi sekarang, ia diperlakukan seperti pasien Covid-19. Termasuk proses pemakamannya di TPU Keputih, Surabaya, siang tadi.
Keterangan Foto
Peter A. Rohi di Oel-Oben, tempat ia dilahirkan (sumber : dok pribadi)