Digitalisasi membawa gelombang perubahan di pelbagai bidang, tak terkecuali media massa. Berpacu dengan kecepatan dan ketepatan jam tayang, hal ini tuntut jurnalis untuk lebih multitasking.
Pernyataan ini disampaikan Machroni Kusuma, pengurus pusat Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dalam pelatihan internal yang diadakan Sabtu (30/03) di kantor beritajatim.com, Surabaya.
Nasib media massa ada di ujung jari, mungkin itulah yang bisa mewakili kondisi jurnalisme masa kini. Konvergensi media merubah proses pemberitaan yang kompleks, khususnya dalam bentuk visual.
“Saat ini handphone saja sudah bisa dijadikan sebagai kamera, bisa digunakan untuk menulis berita juga, termasuk editing video dan mengirim video, jurnalis sudah dimudahkan dengan teknologi, jadi SDM jurnalis ini juga harus multitasking,” katanya menuturkan.
“Video juga jadi trend dalam menyampaikan berita,” ungkap pimpinan redaksi cumicumi.com itu.
Namun percepatan zaman juga tidak lepas dari hegemoni clickbait. Momok engagement website, menggelitik para pemain media untuk mengesampingkan kaidah-kaidah jurnalistik.
“Clickbait, mostly adalah channel personal sedangkan media mainstream harus tetap jaga branding media tersebut,” jelasnya. “Saya rasa tidak harus mengejar clickbait ya untuk menaikkan engagement website, karena setiap konten memiliki kekuatannya masing-masing, tinggal bagaimana kita mengolahnya,” katanya melanjutkan.
Memanfaatkan ekosistem sosial media (sosmed) untuk menunjang tayangan juga jadi opsi terkini. Menjaga originalitas jurnalisme juga merupakan kewajiban bagi pelaku media massa. (rr,hd)