Ayo Media Network menyelenggarakan pelatihan cek fakta untuk newsroom redaksi dalam jaringannya. Pelatihan akan dilangsungkan Sabtu dan Minggu (22-23 Juni 2019) di Kantor Ayo Media Network, Jalan Terusan Halimun 50, Bandung.
Menurut Program Manager Aliansi Jurnalis Indonesia Febrina Galuh Permanasari, Ayo Media Network adalah newsroom ke-19 di Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan yang merupakan kerja sama antara AJI, Google News Initiative, dan Internews.
“Ada sekitar 20 newsroom dan komunitas jurnalis yang sudah menyelenggarakan kegiatan ini untuk internal newsroom-nya. Ayobandung yang ke-19 dari 20 newsroom tersebut,” kata Febrina di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Dikatakan Febrina, pelatihan semacam ini penting di tengah semakin mudah dan derasnya arus informasi. Kemudahan dan keberlimpahan informasi itu termasuk informasi palsu atau hoaks yang semakin sulit untuk ditahan penyebarannya.
“Oleh karena itu, kemampuan melakukan verifikasi menjadi sangat penting untuk dikuasai jurnalis. Jurnalis dan media menjadi tonggak utama dalam menyampaikan informasi yang kredibel dan terverifikasi,” tutur Febrina.
Selain melakukan pelatihan cek fakta, AJI berkolaborasi dengan berbagai newsroom, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo). Salah satu dampak besar dari kolaborasi ini adalah terciptanya CekFakta.com.
“Media mulai melihat pentingnya melakukan pengecekan fakta dan verifikasi terhadap segala informasi di dunia digital. Beberapa newsroom di luar kolaborasi CekFakta.com dan sudah pernah dilatih, mulai berhati-hati dalam memuat informasi dalam beritanya sebelum dipublikasi,” ujar Febrina.
Diharapkan, jurnalis yang sudah dilatih dapat mempraktikkan pengetahuan dan tools yang didapat selama pelatihan untuk kerja jurnalistiknya. Ia juga ingin agar bisa terjalin jejaring antara peserta, trainer, dan newsroom untuk inisiatif cek fakta.
Febrina menjelaskan, inisiasi program cek fakta telah dilakukan sejak awal 2018 dan akan berlangsung hingga 2019. Kerja sama AJI, Google News Initiative, dan Internews sendiri akan berlangsung hingga 2020. Total sudah sekitar 3.057 jurnalis, blogger, dan mahasiswa yang ikut pelatihan program ini.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh jurnalis dan media. Beberapa universitas yang pernah dilatih program ini juga mengeluarkan inisiatif cek fakta, seperti Universitas Multimedia Nusantara dan Universitas Padjadjaran.
“Mereka mulai memasukan kurikulum cek fakta dalam perkuliahan jurnalistik,” ungkapnya.
Menurut Fabrina, program serupa dilakukan Google News Initiative di India. Hoaks di negara tersebut tersebar dalam berbagai bahasa, terutama melalui aplikasi WhatsApp. “Tahun ini, mereka sudah menargetkan untuk melatih 8.000 jurnalis,” jelas Febrina.
Sementara itu, inisiatif mengenai cek fakta di newsroom juga dilakukan di berbagai negara. Bahkan banyak yang sudah tergabung dalam The International Fact-Checking Network (IFCN) yang didirikan oleh Poynter Institute. Kolaborasi mengenai cek fakta ini mulai muncul karena kesamaan booming-nya misinformasi yang beredar.
Menurut dia, sejauh ini belum ada resistensi dari pihak luar terhadap program cek fakta ini. Justru banyak permohonan pelatihan yang diterima oleh AJI untuk melakukan pelatihan ini di lembaga mereka.
“Beberapa yang tidak dapat diakomodir seperti kepolisian, imigrasi, kementerian, kedutaan besar, dan lain-lain karena belum menjadi mandat organisasi AJI dan bukan jadi cakupan program,” ujar Febrina.
Diketahui, ayobandung.com adalah satu dari sedikit media digital di Indonesia yang pada 2018 lalu terverifikasi Dewan Pers. Menurut Chief Executive Officer Ayo Media Network, Hilman Hidayat, adanya verifikasi Dewan Pers merupakan bukti bahwa ayobandung.com telah memenuhi persyaratan baik administratif maupun faktual untuk menjadi perusahaan pers yang sepenuhnya dapat dipercaya.
Dikatakan Hilman, dilaksanakannya pelatihan cek fakta di newsroom jaringan Ayo merupakan penguatan komitmen Ayo Media Network terhadap konten pers yang bermutu yang bisa dipertanggungjawabkan kepada publik.
“Dengan kemampuan memilah-milah mana fakta yang benar dan mana yang salah, konten karya jurnalis dalam jaringan Ayo Media Network diharapkan bisa jadi rujukan publik,” tutur Hilman.
sumber : ayobandung.com