Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) segera menyelenggarakan rapat kerja nasional (rakernas) perdana awal Maret 2019 mendatang. Pada kesempatan ini, AMSI akan bekerja sama dengan Facebook mengadakan pelatihan tentang trafik dan monetisasi konten via Facebook, Kamis (28/2).
Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut menyebutkan, rangkaian kegiatan Rakernas AMSI kali ini masih fokus pada pembenahan dan penguatan organisasi. Tujuannya untuk menjernihkan citra media siber, sehingga di mata publik dianggap sebagai penyedia konten yang terpercaya.
Wenats menyebutkan, sebagai salah satu perkumpulan perusahaan media, AMSI memandang ada beberapa tantangan terkait keberadaan konten-konten yang diberikan oleh media siber. Salah satunya terkait rendahnya kepercayaan masyarakat akibat konten-konten media siber saat ini tercampur dengan jutaan konten lain yang berasal dari sumber tak terlegitimasi.
“Karena jumlahnya banyak sekali, dan kami media-media yang prudem ini ada di dalam jumlah yang banyak itu, tentu saja identitas kita juga campur dalam volume yang begitu banyak,” ujar Wenats dalam konferensi pers Media Digital Indonesia, Rabu (27/2).
Perangi Hoaks
Ia pun menjabarkan, saat ini tugas utama media-media siber, terutama AMSI, sebagai asosiasi adalah memperbaiki konten dan memerangi hoaks agar dipercaya oleh publik. Menurut Wenats saat ini masyarakat sudah terlihat sulit membedakan media yang benar dan media penyebar hoaks. Salah satu sebabnya karena jumlah konten yang tersedia dan diakses seiring dengan pertumbuhan pengguna ponsel pintar.
“Publik kurang aware dengan source kontennya, dan itu artinya dia juga nggak peduli dengan kita. Sehingga tugas kita juga penting untuk mengatasi hoaks. Agar bisnis kita dengan konten-konten yang ada tidak dianggap hoaks juga,” papar Wenats.
Kegiatan rakernas dan sejumlah pelatihan katanya akan dilakukan dalam tiga hari ke depan bertujuan agar anggota AMSI dipercaya sebagai perusahaan penyedia konten yang sahih sekaligus sebagai lembaga bisnis.
“Pengurus AMSI berusaha supaya konten kita dipercaya publik sehingga kita dipercaya juga oleh para pebisnis yang untuk memperkenalkan brand mereka. Karena kalau kita enggak trusted, kita enggak dipercaya oleh dunia bisnis,” lanjut Wenats.
Sementara Kepala Perpustakaan Nasional Syarif Bando menyatakan, akan mendukung penuh kegiatan AMSI. Sebab dia yakin hal ini dapat membenahi peredaran berita bohong maupun konten-konten yang meresahkan masyarakat.
“Tentu saja kami mendukung kegiatan AMSI dengan agenda Rakernas yang pertama. Semoga menghasilkan program yang mengedukasi bagaimana generasi milenaial berselancar di dunia maya. Lantaran salah satu temanya tentang membuat konten berita dan mendidik,” ujar Syarif.
Menurutnya, ketika suatu teknologi dilempar ke masyarakat luas dan masyarakat nya tidak memiliki integritas nasionalisme, pengetahuan, dan keagamaan akhirnya digunakan secara sembarangan. Masalah inilah yang Syarif harapkan dapat teratasi dengan pembenahan bisnis media digital yang berkomitmen memberikan konten menididik dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berperadaban.
Di tempat yang sama, Ketua AMSI Jakarta Rikando Somba mengatakan, pihaknya telah turut membantu memperbaiki citra media siber yang tidak hanya mementingkan aktualisasi berita melainkan juga akurasinya.
Pemimpin redaksi validnews.id ini menyebutkan, pihaknya berupaya menyajikan berita dengan kelengkapan data hingga berbasis riset dengan tujuan mencerdaskan masyarakat.
“Memberitakan peristiwa sesuai fakta dan bahkan menyajikan data dalam pemberitaan-pemberitaannya. Agar masyarakat bukan hanya mendapat berita yang sebenarnya tapi juga mendapat tambahan pengetahuan dari sebuah pemberitaan,” tandasnya.
Untuk diketahui, AMSI merupakan organisasi yang dideklarasikan para pemimpin redaksi atau perwakilan perusahaan media online pada 18 April 2018. Awalnya, AMSI diinisiasi 26 perusahaan media online yang prihatin dengan maraknya berita hoaks di media online.
Wenats menyebutkan, hingga kini, ada sekitar 300 media siber telah mendaftar untuk menjadi anggota AMSI, namun yang sudah terverifikasi baru sekitar 260 media.
sumber : validnews.id